Al-Soumoud: Jejak Keteguhan Nurani dari Tunis Menuju Gaza
Konvoi Kemanusiaan Al-Soumoud: Simbol Solidaritas Lintas Bangsa
Ziarah Keteguhan: Al-Soumoud dan Seruan Moral untuk Palestina
Ketika Gurun Bersuara: Al-Soumoud dan Harapan untuk Gaza
Dari Maghreb ke Rafah: Konvoi Al-Soumoud Menembus Batas Hening Dunia
Al-Soumoud: Narasi Baru tentang Perlawanan dan Kemanusiaan
Konvoi Al-Soumoud: Jalan Sunyi Menuju Martabat Palestina
Misi Kemanusiaan Al-Soumoud: Simfoni Solidaritas dalam Diamnya Dunia
Ziarah Keteguhan dari Maghreb: Konvoi Al-Soumoud dan Seruan Nurani untuk Gaza
Gema Nurani di Jalur Gaza: Kisah Keteguhan Al-Soumoud

Oleh: Madi Saputra (versi penulisan ulang)
Konvoi Al-Soumoud, yang dalam bahasa Arab bermakna "Keteguhan", bukan sekadar iring-iringan kendaraan yang melintas di lanskap Afrika Utara. Ia adalah pernyataan moral. Sebuah suara nurani yang menggugah diamnya dunia terhadap tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Jalur Gaza.
Dimulai dari ibu kota Tunisia pada 9 Juni 2025, konvoi ini menjadi nyala api solidaritas lintas bangsa—menyatukan masyarakat dari Tunisia, Aljazair, Maroko, Libya, hingga Mauritania—yang terpanggil untuk menembus senyapnya blokade terhadap Gaza dan membela nilai kemanusiaan yang universal.
Lebih dari seribu individu dari beragam latar belakang—dokter, pengacara, jurnalis, pelajar, relawan medis, dan aktivis kemanusiaan—menjadi bagian dari konvoi ini. Mereka tak hanya membawa bantuan logistik, tetapi juga semangat keberanian dan martabat. Dalam deru mesin dan debu gurun, mereka menyuarakan pesan kolektif bahwa luka Palestina adalah luka dunia.
Aksi ini tidak lahir dari kepentingan politik, melainkan dari panggilan moral yang merangkul keadilan. Dari negeri yang jauh seperti Mauritania, partisipasi aktif masyarakatnya menunjukkan bahwa keterlibatan tak mengenal batas wilayah, melainkan ditentukan oleh kedekatan hati terhadap nilai kemanusiaan. Organisasi seperti Coordination for Joint Action for Palestine menjadi teladan bahwa solidaritas bisa menjelma menjadi kekuatan yang nyata saat nurani bersatu.
Rute perjalanan konvoi ini dirancang melintasi kota-kota penting di Libya—Tripoli, Misrata, Sirte, Benghazi, Tobruk—menuju perbatasan Mesir di Sallum, lalu Kairo, dan akhirnya gerbang Rafah yang menghubungkan ke Gaza, dijadwalkan tiba pada 15 Juni 2025. Namun, kendala diplomatik mulai mencuat. Hingga kini, izin resmi dari otoritas Mesir untuk melintasi Rafah belum dikeluarkan.
Pernyataan dari Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, yang menuding konvoi ini sebagai “kelompok jihadis” merupakan upaya klasik untuk mendeligitimasi gerakan sipil yang damai. Tuduhan semacam itu tak lain adalah bentuk pembungkaman terhadap aksi solidaritas global.
Di hari yang sama, kapal Madleen milik Freedom Flotilla Coalition, yang membawa tokoh-tokoh internasional termasuk Greta Thunberg, diserang oleh angkatan laut Israel di wilayah perairan internasional. Insiden ini menjadi cermin bahwa bahkan di lautan bebas, solidaritas masih dianggap sebagai ancaman oleh kekuatan yang menolak keadilan.
Namun, semangat Al-Soumoud tidak padam. Lebih dari 30 negara terlibat dalam gerakan ini, menjadi satu suara dalam menentang kelaparan, penderitaan, dan tirani yang mendera 2,4 juta jiwa di Gaza sejak bantuan kemanusiaan diblokir total pada Maret 2025.
Yang paling menggugah dari konvoi ini bukanlah skala logistik atau jumlah peserta, melainkan ketulusan niat yang menggerakkan setiap langkah mereka. Seperti yang dikatakan Mohamed Amine Bennour, koordinator medis konvoi, “Ini adalah seruan untuk keadilan dan martabat.” Sebuah kalimat sederhana, namun mampu menggugah nurani dunia yang selama ini tertunda dalam bertindak.
Konvoi Al-Soumoud adalah lebih dari perjalanan fisik; ia adalah perjalanan spiritual menuju makna sejati dari solidaritas. Ia mengajukan pertanyaan mendasar: di tengah jeritan umat tertindas, apakah kita memilih diam atau melangkah bersama mereka?
Di era ketika empati makin langka, Al-Soumoud hadir sebagai pengingat bahwa harapan belum padam. Dalam narasi sejarah yang sering dikendalikan kekuatan politik, konvoi ini adalah catatan alternatif tentang keberanian rakyat biasa—yang tak bersenjata, namun penuh tekad—untuk menciptakan babak baru sejarah kemanusiaan.
Semoga Al-Soumoud sampai ke Gaza. Namun sekalipun langkahnya terhenti, semangatnya telah lebih dahulu menembus batas dan menyentuh hati dunia.